Kapaljudi.com - Pecinta dan kolektor batu mulia dari Sabang sampai Merauke kembali bertarung pada kontes batu mulia Indonesia, The Final Battle Grand Prix of Indonesian Gemstone (IGS) Serie-I yang diselenggarakan di Balai Kartini Jakarta, 23 Juni hingga 27 Juni lalu. Kontes ini diadakan untuk memilih batu mulia terbaik dari yang terbaik se-Indonesia, sebab hanya batu yang telah pernah meraih predikat juara yang dapat mengikuti kontes ini.
Direktur Utama IGS, Suwandi Gazali mengatakan, kontes ini hanya dapat diikuti oleh batu-batu yang telah pernah juara pada kontes batu mulia sebelumnya yang diselenggarakan IGS baik di Jakarta maupun daerah-daerah. Salah satu persyaratan untuk mengikuti kontes ini juga harus melampirkan piagam penghargaan yang menyatakan batu mulia tersebut telah pernah juara di tingkat daerah.
Ia juga menyebutkan, kontes kali ini diikuti sekitar 800-an batu. Selain kontes, juga ada stand penjualan batu mulia yang diikuti puluhan pedagang batu se-Indonesia.
Sementara itu, Ketua Dewan Juri The Final Battle Grand Prix IGS Serie-I, Zulfikar mengatakan, pertarungan kontes batu kali ini sungguh luar biasa. Setiap batu mulia yang tampil memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga membuat para juri harus beradu argumentasi saat penilaian. Tim dewan juri yang beranggotakan tujuh orang dipilih berdasarkan hasil polling sms dari seluruh pecinta batu mulia se-Indonesia. Hasilnya Gemologist asal Medan, Zulfikar berhasil meraih polling sms terbanyak dan terpilih sebagai ketua dewan juri.
Para dewan juri yang diketuai Gemologist asal Medan Zulfikar membacakan sumpah dewan juri.
Konsep Penilaian
Zulfikar menjelaskan, pada kontes Final Battle ia mencoba menerapkan sebuah konsep penilaian yang baru yang telah mendapat persetujuan dari IGS dan dewan juri lainnya. Konsep yang ia tawarkan adalah setiap dewan juri diberi kesempatan untuk memilih batu-batu jagoan dari puluhan batu yang diikutsertakan dalam kontes pada setiap kategori dan kelas.
“Setiap juri akan memilih dua atau tiga batu, kemudian mereka menjelaskan pilihan mereka kepada juri-juri lain. Juri yang tidak setuju boleh mengeluarkan argumen mereka, sehingga pada kesempatan ini masing-masing juri akan mempelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing batu,” ucapnya.
“Kita akan kesulitan jika menjuri sekaligus puluhan batu yang ada di meja, namun akan mudah jika masing-masing dari kami memilih batu-batu yang memang dianggap sangat bagus lalu kita adukan bersama-sama, maka hasilnya akan maksimal,” ujar gemologist lulusan Gemological Institute of America (GIA) di Thailand ini.
Dalam penjurian, Zulfikar menjelaskan ada beberapa faktor penting yang dinilai, diantaranya, warna yang solid dan harus sesuai tema atau kategori, kebersihan batu, ciri khusus pada batu, laster atau cahaya, bentuk batu, ikatan cincin atau liontin dan yang terakhir batu harus natural.
Sejumlah juri sedang menyinari batu bacan untuk melihat kebersihan batu.
Dewan juri mengamati satu per satu batu mulia yang sedang diikutkan kontes.
Kontes yang diadakan selama beberapa hari tersebut juga turut dihadiri sejumlah artis dan tokoh politik. Mereka yang hadir diantaranya, pelawak Doyok, Kadir, Tarsan, pakar seksolog dr Boyke Dian Nugraha dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.
Tak ketinggalan, sang legenda penemu batu akik pancawarna, Aki Edong yang telah berumur 85 tahun hadir bersama cucunya, Dian Kusmara yang juga mengikuti kontes batu.
Penemu Batu Akik Pancawarna Aki Edong (kanan) dan cucunya Dian Kusmara memperlihatkan Batu Akik Pancawarna jenis Edong.
Kolektor batu mulia ternama, Hengki Joyopurnomo asal DKI Jakarta berhasil meraih gelar juara umum setelah empat batu mulia miliknya meraih juara satu. Keempat batu tersebut yakni, Purple Chalcedony, Pandan Bebas, Kalimaya Milky dan Bacan Large.
Direktur Utama IGS, Suwandi Gazali menyerahkan Piala Juara Umum kepada Hengki Joyopurnomo yang berhasil menjadi pemenang The Winner Super Champion Grand Prix IGS Serie-I
Pemenang Batu Sungai Dareh dengan ciri khas totol hijau.
Batu akik kristal huruf dan angka yang berhasil meraih juara.
Pemenang Batu Akik kelas bebas, unik dan langka.
Pemenang Batu Bacan kelas kecil dengan ukuran dibawah 16mm.
Pemenang Batu Akik kristal bergambar tokoh dan orang.
Pemenang Batu Akik kristal bergambar benda, hewan dan tumbuhan.
Pada penghujung acara, panitia mengumumkan bahwa batu-batu yang telah juara pada kontes Final Battle ini akan di tandai dan direkam oleh panaitia sehingga pada event kontes berikutnya tidak dapat diikutsertakan lagi. Namun, keputusan ini membuat sejumlah kontes batu kurang sependapat. Para kolektor berharap hanya batu juara satu saja yang dikandangkan atau dilarang turun kontes lagi, sedangkan batu yang masih memegang predikat juara dua atau tiga, diharapkan masih memiliki kesempatan untuk berlaga bersama batu mulia lainnya.
















0 comments:
Post a Comment